Keunikan hasil kerajinan yang bahan baku utamanya adalah tempurung kelapa di Kec. Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur sudah banyak dikenal orang. Tidak hanya di Surabaya, tetapi pengusaha pariwisata dari seluruh Indonesia pun sangat mengaguminya.
 
Kerajinan tempurung di Kec. Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur tersebut dirintis Iwan tahun 2000 silam. Pria yang berusia 30 tahun itupun menggunakan nama lengkap dengan embel-embel Adjiopet Craft.
 
Seorang pengusaha restaurant dari Bulgaria juga membeli gelas yang terbuat dari tempurung yang merupakan salah satu produk Adjiopet Craft yang berciri khas Surabaya. Gelas tempurung tersebut digunakan sebagai tempat minum di restaurant yang dikelola pengusaha itu di Bulgaria.
 
Pengusaha  restaurant itu ingin menampilkan suasana baru dan berbeda di restaurant yang dikelolanya. Dan memilih menggunakan gelas tempurung sebagai pembeda dengan  restaurant lainnya di Bulgaria. Apalagi, pengunjung  restaurant tersebut juga senang menggunakan gelas tempurung yang dipakai untuk minum. Mungkin karena suasana restaurant menjadi sangat alami karena permukaan gelas itu benar-benar sesuai asli kulit tempurug kelapa.
 
“Harga gelas yang didesain mengikuti model gelas yang berkaki tinggi dan banyak digunakan di  restaurant itu relatif murah. Hanya Rp 300 ribu per lusin atau Rp 25 ribu per buah. Dan beberapa bulan lalu, pengusaha dari Bulgaria itu sudah mengambil dua lusin untuk digunakan di  restaurantnya. Dan sekarang dia minta lagi dikirimkan ke sana,” kata Iwan tersenyum bahagia.
 
Menurut Iwan, dari sisi pemasaran hasil produksinya, tidak ada masalah, karena pasar sudah siap menyerap produk yang dihasilkan. Berapan pun jumlahnya, Bahkan, ada sejumlah calon pembeli yang terpaksa menunggu pesanannya diselesaikan.
 
Dalam mengembangkan usaha rintisannya itu, Iwan tidak bekerja sendiri. Saat ini dia dibantu lima pemuda di kampungnya. Mereka diajari membuat kerajinan agar keahlian yang dimiliki Iwan bisa ditularkan kepada para pemuda di kampung itu. Beberapa teman Iwan yang lain juga membantunya dalam pemasaran online maupun offline.
 
Meski usahanya sangat prospektif, Iwan mengaku masih menghadapi kendala dalam hal permodalan.
“Saya masih butuh bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha ini. Jumlahnya tidak terlalu banyak. Hanya kisaran Rp 10 juta. Itu akan sangat membantu saya untuk memenuhi permintaan calon pembeli yang semakin banyak,” kata Iwan.